Sering kali aku berkata,
Ketika orang memuji milikku,
Bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
Bahwa mobilku hanya titipan-NYA,
Bahwa rumahku hanya titipan-NYA,
Bahwa hartaku hanya titipan-NYA,
Bahwa putraku hanya titipanNYA
Tetapi,
Mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa DIA menitipkan padaku?
Untuk apa DIA menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-NYA ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-
NYA ?
Ketika diminta kembali,
Kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujian,
Kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
seolah ...semua "derita" adalah hukuman bagiku.
seolah ..keadilan dan kasih-NYA harus berjalan seperti matematika
Aku rajin beribadah,
Maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
kuperlakukan DIA seolah mitra dagang
dan bukan kekasih.
Kuminta DIA membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusan-NYA yang tak sesuai keinginanku....
Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan menjadi sama
saja...."
*WS Rendra
Pentingnya Memilih dengan Cermat Aplikasi Penjualan yang Aman
3 minggu yang lalu
5 komentar:
Setuju banget, semua ini hanya titipan Nya.... nice posting
kadang susah.. apa yang udah digenggaman tangan, kalo bisa jangan sampe lepas.. nambah malah genggaman tangan 1 lagi * jujur.com *
duh mi .. baca renungannya bikin sedih aja ... tapi memang semua yg kita punya titipan Tuhan ..
duuh menyentuh banget ya puisinya.
Mam, YMku pus_vera@yahoo.com, nti aku kasi tau cara sb via YM deh.
wah Mama...puisi ini uapik tenannnnn d...TFS :)
Posting Komentar